Sabtu, 26 April 2014

NERACA PEMBAYARAN, ARUS MODAL ASING DAN UTANG LUAR NEGERI

Disusun Oleh:
R. Arizona Praditya Nugraha          (27213068)     
Rianti Septiani                                  (27213577)
Risky Wulandari                                (28213013)
Utaminingsih                                     (29213068)

1. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.
Pemerintah memprediksi kinerja neraca pembayaran Indonesia masih akan mencatat surplus yang cukup besar pada kuartal II-2011. Saat ini neraca pembayaran sudah mencapai di atas 110 miliar dollar AS. Surplus tersebut bersumber dari transaksi berjalan ataupun transaksi modal dan finansial.
Transaksi tersebut ditopang oleh peningkatan penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio, seperti SUN, saham, dan SBI, yang sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan kondisi makro-ekonomi yang stabil.
Pada kuartal I tahun ini, transaksi berjalan mengalami surplus sebesar 1,9 miliar dollar AS. Hingga akhir tahun ini, pemerintah memperkirakan surplus transaksi ini dapat mencapai 4,4 miliar dollar AS.

2. Arus Modal Masuk
Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.

3. Utang Luar Negeri
Utang luar negeri Indonesia lebih didominasi oleh utang swasta. Berdasarkan data di Bank Indonesia, posisi utang luar negeri pada Maret 2006 tercatat US$ 134 miliar, pada Juni 2006 tercatat US$ 129 miliar dan Desember 2006 tercatat US$ 125,25 miliar. Sedangkan untuk utang swasta tercatat meningkat dari US$ 50,05 miliar pada September 2006 menjadi US$ 51,13 miliar pada Desember 2006.[1]
Negara-negara donor bagi Indonesia adalah :
1.   Jepang merupakan kreditur terbesar dengan USD 15,58 miliar.
2.   Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar USS 9,106 miliar
3.   Bank Dunia (World Bank) sebesar USD 8,103 miliar.
4.   Jerman dengan USD 3,809 miliar, Amerika Serikat USD 3,545 miliar
5.   Pihak lain, baik bilateral maupun multilateral sebesar USD 16,388 miliar.

Berikut catatan utang pemerintah pusat sejak tahun 2000-2010 berikut rasio utangnya terhadap PDB:
Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun (89%)
Tahun 2001: Rp 1.646,32 triliun (77%)
Tahun 2002: Rp 1.821,83 triliun (67%)
Tahun 2003: Rp 2.013,68 triliun (61%)
Tahun 2004: Rp 2.295,83 triliun (57%)
Tahun 2005: Rp 2.774,28 triliun (47%)
Tahun 2006: Rp 3.339,48 triliun (39%)
Tahun 2007: Rp 3.949,48 triliun (35%)
Tahun 2008: Rp 1.4.954,03 triliun (33%)
Tahun 2009: Rp 1.5613,44 triliun (28%)
Tahun 2010: Rp 1.6253,79 triliun (26%)

4. Analisa Penggunaan Dana Asing Di Indonesia
Sebagai analisis yang menspesialisasikan diri pada analisa bandarmologi dan aliran dana asing, statement yang dituliskan di atas adalah sesuatu yang sangat langka kami katakan, karena kami sangat percaya bahwa Big Player, baik itu Bandar atau Asing sangat berpengaruh dalam pergerakan harga suatu saham atau IHSG.


Namun jika kita melihat pada perdagangan sepanjang minggu ini, kekalahan investor asing kemungkinan akan terlintas di pikiran kita. Sepanjang minggu ini, total dana asing yang masuk sebesar 2.1T, jumlah yang cukup besar untuk inflow mingguan, secara total inflow asing sepanjang bulan ini sudah sebesar 15,1 T. Namun berbeda dengan kejadian-kejadian pada umumnya dimana ketika dana asing masuk IHSG akan bergerak naik, sepanjang minggu ini IHSG mengalami koreksi yang cukup besar. Jika dibandingkan dengan penutupan minggu lalu, IHSG terkoreksi 178 point atau 3.7%.
Kejadian ini cukup langka terjadi di bursa kita, dimana inflow terjadi namun IHSG mengalami koreksi, artinya Dana Asing yang masuk pada perdagangan minggu ini sudah ada dalam kondisi tersangkut pada penutupan Jumat ini. Kejadian ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi kita untuk melakukan buy on weakness, karena setelah kami pelajari pergerakan IHSG, kami mendapatkan bahwa dalam jangka menengah atau panjang asing akan selalu menang, jadi ‘kekalahan’ minggu ini hanyalah kekalahan sementara yang bukan mustahil sengaja dilakukan. 

Jika kita melihat rekap transaksi asing pada perdagangan minggu ini kita menemukan banyak saham-saham menarik, saham-saham dimana Asing beli di harga atas dan harganya turun signifikan pada penutupan minggu ini.

Dalam tabel di atas kami mencantumkan saham-saham yang paling banyak di beli dan dijual asing sepanjang perdangan minggu ini.
Dari List Top Inflow, ada dua saham yang sangat menarik, ASII dan BBNI kedua saham ini turun signifikan sepanjang minggu ini. Saham ASII turun 5.8%, namun di saat yang sama merupakan saham yang paling banyak dibeli asing sepanjang minggu ini dengan total Inflow sebesar 816M.
Selain itu dalam list saham-saham yang paling banyak dijual asing juga kita mendapatkan beberapa saham yang menarik, BBRI salah satunya karena meskipun saham ini merupakan saham yang paling banyak dijual asing sepanjang minggu ini, namun harganya juga turun 9.7% minggu ini, sementara dana yang keluar cukup kecil jika dibandingkan dengan dana yang masuk dalam 2 bulan terakhir.

Sumber:
http://www.creative-trader.com/2014/03/22/minggu-dimana-lokal-kalahkan-asing/
http://tamaliah16.blogspot.com/2011/06/neraca-pembayaran-arus-modal-asing-dan.html

Minggu, 13 April 2014

Pakar Ekonomi Indonesia

Mohammad Hatta merupakan salah satu dari banyak ahli ekonomi yang pernah dimiliki bangsa Indonesia yang sangat memikirkan kesejahteraan khalayak banyak. Mohammad Hatta atau yang kerap dipanggil Bung Hatta ini, memiliki sejumlah pemikiran srategis untuk meningkatkan pembangunan di Indonesia. Upaya ini ditempuhnya untuk menerapkan apa yang sudah tertuang dalam UUD 1945 dalam pasal 33, yang focus mewujudkan kemakmuran dan keadilan yang merata bagi Indonesia. Dan berkat jasanya beliau mendapat julukan sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Inti dari pemikiran Bung Hatta sendiri pada dasarnya memiliki dua aspek utama, yaitu stransformasi dalam bidang sosial dan ekonomi. Kedua aspek tersebut menurutnya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan. Pemikiran yang dikembangkan oleh Muhammad Hatta adalah memadukan antara ekonomi yang nyata dengan keinginannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Pemikiran Mohammad Hatta ini juga dikenal dengan istilah Hattanomics. Dalam Hattanomics itu sendiri juga memiliki tiga pilar utama yaitu, kontrol terhadap swasta, tumbuhnya perekonomian rakyat yang mandiri dan penguasaan aset yang dikontrol oleh negara.
Apa yang tertuang dalam Hattanomics tersebut bersumber dari pemikiran Mohammad Hatta sendiri, bahwa penguasaan berbagai aset berharga oleh negara tidak hanya sebatas pada produksi listrik, air minum, telepon dan kereta api, melainkan penguasaan terhadap industri pertambangan, kehutanan, dan perbankan. Dengan demikian, negara memegang penuh semua cabang produksi yang mempunyai hajat hidup orang banyak.
Untuk merealisasikan penguasaaan yang dilakukan oleh negara, negara boleh menggunakan pinjaman yang didapat dari luar negeri dengan mematuhi persyaratan yang diajukan yaitu, harus mampu membayar htang secara berangsur dari kelebihan produksi yang ada, sehingga pendapatan negara tidak berkurang. Syarat kedua adalah harus ada keterampilan dari pengelolaan perusahaan dari tenaga asing kepada tenaga lokal.
Demikian saya sampaikan semoga bermanfaat. Kurang lebihnya mohon maaf. Terimakasih sudah berkunjung;).

Sumber: http://www.bimbie.com/tokoh-ekonomi-di-indonesia.htm

Kontribusi PT.Garuda Indonesia terhadap Perekonomian Indonesia

Industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik telah berkembang dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut IATA, kawasan Asia Pasifik telah menjadi pasar industri penerbangan terbesar di tahun 2009, dengan sekitar 647 juta penumpang, atau sebesar 27% dari seluruh pemakai jasa transportasi penerbangan dunia yang berkunjung ke, dari, atau di dalam kawasan Asia Pasifik. Sementara Tingkat pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan terus meningkat dalam 20 tahun mendatang dengan pertumbuhan rata-rata majemuk (CAGR) per tahun sebesar 7,1% dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2029 ( menurut prospektus Garuda Indonesia 2011). PT. Garuda merupakan salah satu penyedia jasa penerbangan yang sangat berpengaruh di Indonesia. Dan membuat PDB Indonesia mengalami pertumbuhan, hal ini disebabkan karena ekonomi yang menguat telah memberikan kontribusi terhadap pengembangan Indonesia menjadi negara menengah dan sejalan dengan kodisi industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik tersebut mengindikasikan potensi peningkatan permintaan untuk pelayanan lalu lintas udara di Indonesia.

Menurut Direktorat transportasi udara Indonesia, rata-rata pertumbuhan majemuk penumpang yang menggunakan jalur udara di Indonesia dari tahun 2000-2008, untuk domestik sebesar 22,0% dan internasional sebesar 5,6%. Indonesia diuntungkan dengan adanya kenaikan kedatangan pengunjung dan wisatawan internasional, terutama mereka yang berasal dari negara-negara Asia Pasifik dan Eropa yang memasuki negara Indonesia. Sumbangan lapangan usaha angkutan udara bagi PDB Indonesia tahun 2009 sebesar 0.4% dengan pertumbuhan dari tahun 2008 sebesar 23.4%. Inilah sebabnya, walaupun Indonesia memiliki pertumbuhan PDB tertinggi di regional Asia Pasifik, industri perhubungan udara Indonesia relatif belum ditembus, yang ditandai dengan masih rendahnya korelasi RPK per kapita dengan PDB per kapita jika dibandingkan dengan negara-negara lain di regional Asia Pasifik untuk tahun 2009.
Selain itu, pada pasar penerbangan domestik di Indonesia, PT. Garuda Indonesia adalah satu-satunya maskapai penerbangan dengan layanan FSC atau full service carrier yang memiliki lisensi untuk beroperasi di Indonesia, sehingga menempatkan PT. Garuda Indonesia menjadi bagian dari perusahaan-perusahaan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Sumber: http://wisatahary.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2011/07/12/24/